과학 (Kawruh/gwahag)


Pembiasaan Nilai Moral dalam Membentuk Remaja yang Mandiri
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan dilakukan oleh orangtua dalam menyikapi kemandirian seorang remaja, yaitu :

    a.      Komunikasi
Berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentu saja komunikasi disini harus dua arah, artinya kedua belah pihak mau saling mendengarkan pandangan satu dengan yang lain. Dengan melakukan komunikasi dua arah, orangtua dapat mengetahui pandangan –pandangan dan kerangka berfikir anaknya, atau sebaliknya anak-anak juga dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh orangtuanya. Kebingungan seperti yang disebutkan di atas mungkin perlu terjadi jika ada komunikasi antara remaja dengan orangtuanya. Komunikasi disini tidak berarti harus dilakukan secara formal, tetapi dapat saja dilakukan sambil makan bersama atau selagi berlibur sekeluarga.    
    b.      Kesempatan
Orangtua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak remajanya untuk membuktikan atau melaksanakan keputusan yang telah diambilnya. Biarkan remaja terdebut mengusahakan sendiri apa yang diperlukannya dan biarkan ia juga mengatasi sendiri berbagai masalah yang muncul. Dalam hal ini orangtua hanya bertindak sebagai pengamat dan hanya boleh melakukan intervensi jika tindakan remaja dianggap dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
     c.       Tanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala tindakan yang diperbuat merupakan kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani bertanggung jawab (betapapun sakitnya) remaja akan belajar untuk tidak mengulangi hal-hal yang memberikan dampak-dampak negatif (tidak menyenangkan) bagi dirinya. Dalam banyak kasus masih banyak orangtua yang tidak menyadari hal ini. Sebagai contoh: dalam kasus remaja yang ditahan oleh pihak berwajib karena terlibat tawuran, tidak jarang dijumpai justru orangtualah yang berjuang keras dengan segala cara untuk membebaskan anaknya dari tahanan, sehingga anak tidak memperoleh kesempatan untuk bertanggung jawab atas perilaku yang diperbuatnya (bahkan tidak sempat melewati pemeriksaan intensif pihak berwajib). Pada kondisi demikian maka remaja tentu saja tidak takut untuk berbuat salah, sebab ia tahu orangtuanya pasti akan menembus kesalahannya. Kalau begini terus, kapan anak dapat bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan mampu mandiri.
     d.      Konsistensi
Konsistensi orangtua dalam menerapkan disiplin dan menanamkan nilai-nilai kepada remaja sejak masa kanak-kanak di dalam keluarga akan menjadi panutan atau pedoman bagi remaja untuk dapat mengembangkan kemandirian dan berfikir secara dewasa. Orangtua yang konsisten akan memudahkan remaja dalam membuat rencana hidupnya sendiri dan dapat memilih berbagai alternative karena segala sesuatu sudah dapat diprediksi oleh remaja. Adanya perasaan kurang yakin pada kemampuan dan perkembangan diri sendiri dapat membuat individu kurang berani tampil dan menyatakan diri. Kurangnya kepercayaan diri dalam produktivitas atau kontak sosial menyebabkan individu mengalami hambatan atau konflik dalam hubungan dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan individu cenderung canggung dalam menghadapi orang lain dan cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulannya. Mereka yang mengalami dependensi terhadap orang tua biasanya cenderung melakukan segala sesuatu dengan bantuan orang lain, misalnya kalau mau makan harus diambilkan bahkan harus disuapi, terkadang tidur pun harus ditemani ibunya dan masih banyak lagi.
Kemandirian pada remaja pada dasarnya tidak dimulai saat mereka sudah remaja melainkan telah tertanam dalam pembiasaan pola sikap dan perilaku yang ditanamkan sejak dini. Kemandirin tidak tercipta begitu saja tetapi melalui sebuah proses dimana proses itu berlangsung dalam fase-fase perkembangan mulai dari masa anak-anak, masa remaja hingga pada saatnya mencapai kematangan kemandirian masa dewasa. Proses menuju kemandirian ini dibangun di atas empat aspek melalui komunikasi yang efektif, pemberian kesempatan untuk menanamkan kepercayaan, penanaman sikap bertanggungjawab sebagai pembelajaran serta konsistensi sebagai bingkai pembentukan kemandirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar